
Maulid Nabi Muhammad SAW: Momentum Doa di Tengah Nestapa Negeri
Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi pelita yang menyinari hati umat. Beliau bukan sekadar seorang Nabi dan Rasul, tetapi pemimpin agung bagi umat, masyarakat, dan negara. Dalam setiap langkahnya, terpancar kemuliaan, kelembutan, sekaligus ketegasan yang membuat siapa pun merasakan kasih yang tulus. Allah sendiri menegaskan:
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya: 107)
Sirah kehidupannya penuh dengan teladan mulia. Rasulullah memimpin dengan sifat shidiq, tabligh, amanah, dan fathonah, menjadikan dirinya pemimpin yang dicintai, bukan ditakuti. Kepemimpinannya bukanlah cermin kekuasaan yang angkuh, melainkan kasih seorang ayah bagi anak-anaknya, sahabat bagi kaumnya, dan pelindung bagi yang lemah.
Ketulusan Rasulullah terlihat jelas dari pengorbanannya. Ia rela menanggalkan kepentingan diri dan keluarganya demi umat. Bahkan di ambang wafatnya, bibir suci beliau tak henti melafalkan kata yang membuat langit bersedih, “Ummatii… Ummatii… Ummatii…”. Betapa cinta beliau tidak pernah pudar, bahkan ketika ajal hampir menjemput.
Namun, ketika kita menatap wajah bangsa hari ini, ada sembilu yang menusuk hati. Betapa jauh perbedaan antara keteladanan Rasulullah dengan segelintir pemimpin negeri ini. Mereka yang seharusnya menjadi pengayom justru sibuk dengan kepentingan diri, hingga lupa pada jeritan rakyat yang menaruh harapan di pundak mereka. Rasulullah pernah mengingatkan dalam sebuah hadis:
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, yang kalian doakan dan mereka mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian.”
(HR. Muslim)
Peristiwa pada 25 Agustus 2025 dan hari-hari setelahnya adalah bukti kekecewaan itu. Rakyat menatap dengan mata berkaca-kaca, merasakan luka karena amanah yang dikhianati. Meski begitu, kita percaya masih ada pemimpin berhati jernih, yang mencoba setia menjaga nurani di tengah hiruk pikuk kekuasaan.
Momen ini adalah panggilan bagi kita untuk merenung. Mungkin kita pernah alpa, khilaf dalam memilih, sehingga mengantar orang-orang yang salah ke kursi amanah. Maka, saatnya kita menundukkan kepala, merendah di hadapan Allah, memohon ampun atas kelalaian itu, sembari berikhtiar memperbaiki pilihan di masa depan.
Dalam linangan doa, kita titipkan negeri ini kepada Sang Pemilik Alam. Kita mohon agar Indonesia dijaga dari kehancuran, agar tanah air tidak dirusak oleh segelintir tangan yang zalim. Kita ingin negeri ini tetap tegak, berdiri dengan adil, penuh rahmat, dan dinaungi keberkahan Ilahi. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisa: 58)
Kita yakini, pertolongan Allah selalu dekat. Mari kita terus melangitkan doa, agar Dia mengirimkan pemimpin yang adil, berhati lembut namun tegas, pemimpin yang peduli pada rakyatnya, pemimpin yang menjadikan Rasulullah sebagai teladan abadi. Sebab hanya dengan itu, keadilan bisa tegak, dan kesejahteraan bisa dirasakan.
Semoga Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini tidak hanya menjadi peringatan seremonial, melainkan momentum kebangkitan jiwa. Semoga kita kembali meneladani beliau, memupuk harapan, dan menjemput masa depan bangsa dengan iman, doa, dan pengorbanan. Ya Allah, lindungilah negeri ini, karuniakan pemimpin yang Engkau ridhoi. Aamiin.
Oleh : SODIKIN, M.Pd. (Guru MAN 1 Karawang)
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Jangan Takut Masalah! Begini Cara Pelajar Menghadapinya
Setiap orang di dunia ini pasti pernah punya masalah, termasuk sebagai pelajar. Masalah itu bisa datang dari mana saja, misalnya dari pelajaran di sekolah, hubungan dengan teman, keluar
Kekasih, Aku Memanggilmu
Engkau datang membelah gelap dengan cahaya. Langkahmu tajam, menyapu berhala, menghancur dusta. Aku tak pernah menatap wajahmu, tapi rindu ini membakar dada. Namamu kusebut di setiap s
Menyemai Cinta Tanah Air di Setiap Generasi
Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia memang telah usai beberapa hari yang lalu. Namun, gema semangatnya masih mengalun di berbagai sudut kampung yang saya lewati sep
Pelaksanaan Program Ekoteologi di MAN 1 Karawang
Program Ekoteologi merupakan salah satu terobosan terbaru dari Kementerian Agama Republik Indonesia yang menekankan pentingnya keterpaduan antara nilai-nilai keagamaan dan kepedulian te
Membentuk Generasi Z yang Tangguh: Dari Stroberi Menjadi Baja
Generasi Z, yakni mereka yang lahir pada kisaran pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka akrab dengan tekno