
Menyemai Cinta Tanah Air di Setiap Generasi
Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia memang telah usai beberapa hari yang lalu. Namun, gema semangatnya masih mengalun di berbagai sudut kampung yang saya lewati sepulang dari madrasah. Antusiasme warga dalam memeriahkan hari bersejarah ini, meski dalam balutan kesederhanaan, menghadirkan haru sekaligus kebanggaan. Dari raut wajah mereka terpancar cinta tulus dan rasa memiliki yang mendalam terhadap tanah air.
Indonesia telah menjadi ibu pertiwi yang merangkul rakyatnya dengan setia selama lebih dari delapan dekade. Dalam kesahajaan perayaan itu, masyarakat tampak tidak terlalu terganggu oleh riuh rendah berita di televisi maupun hiruk pikuk wacana di media sosial mengenai problematika bangsa. Mereka tetap mengekspresikan cintanya kepada negeri ini dengan penuh ketulusan, tanpa syarat, dan tanpa pamrih.
Kecintaan terhadap tanah air semacam inilah yang harus senantiasa dipupuk dan diwariskan kepada generasi penerus. Sebab, cinta yang autentik kepada bangsa tidak terletak pada tuntutan terhadap negara, melainkan pada kerelaan berkorban demi kepentingan kolektif. Dengan demikian, nasionalisme akan bersemi dalam sanubari setiap anak bangsa.
Pancasila sebagai falsafah pemersatu harus terus hidup dalam jiwa generasi muda. Mereka sejatinya harus merasa tercela bila gagal mengaktualisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Membenci perilaku amoral segelintir pejabat tidak berarti menafikan cinta kepada tanah air, apalagi menistakan negeri sendiri.
Sebagai pewaris estafet bangsa, tugas kita bukanlah merusak, melainkan membenahi. Mentalitas korup para pejabat hanya dapat ditandingi dengan kecintaan autentik terhadap tanah air dan rakyat Indonesia. Harapannya, generasi mendatang tumbuh menjadi insan berintegritas, menjunjung kejujuran, serta mengemban tanggung jawab, sehingga negeri ini kembali tersenyum menyaksikan putra-putrinya mengantarkan kemajuan bagi bangsa dan negara.
Pada akhirnya, kemerdekaan bukan sekadar perayaan seremonial tahunan, melainkan amanah historis yang menuntut tanggung jawab generasi penerus untuk menjaganya. Cinta tanah air yang autentik, berlandaskan pengorbanan dan keikhlasan, harus menjadi fondasi kokoh dalam membangun bangsa yang bermartabat, berdaulat, serta mampu bersaing di kancah peradaban dunia.
Oleh : SODIKIN, M.Pd (Guru MAN 1 Karawang)
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Jangan Takut Masalah! Begini Cara Pelajar Menghadapinya
Setiap orang di dunia ini pasti pernah punya masalah, termasuk sebagai pelajar. Masalah itu bisa datang dari mana saja, misalnya dari pelajaran di sekolah, hubungan dengan teman, keluar
Maulid Nabi Muhammad SAW: Momentum Doa di Tengah Nestapa Negeri
Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi pelita yang menyinari hati umat. Beliau bukan sekadar seorang Nabi dan Rasul, tetapi pemimpin agung bagi umat, masyarakat, dan negara. Dalam seti
Kekasih, Aku Memanggilmu
Engkau datang membelah gelap dengan cahaya. Langkahmu tajam, menyapu berhala, menghancur dusta. Aku tak pernah menatap wajahmu, tapi rindu ini membakar dada. Namamu kusebut di setiap s
Pelaksanaan Program Ekoteologi di MAN 1 Karawang
Program Ekoteologi merupakan salah satu terobosan terbaru dari Kementerian Agama Republik Indonesia yang menekankan pentingnya keterpaduan antara nilai-nilai keagamaan dan kepedulian te
Membentuk Generasi Z yang Tangguh: Dari Stroberi Menjadi Baja
Generasi Z, yakni mereka yang lahir pada kisaran pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka akrab dengan tekno